Home » , , » Mantra Pelet Paling Ampuh Dari Tanah Melayu

Mantra Pelet Paling Ampuh Dari Tanah Melayu

Written By Unknown on Wednesday | 22:07

Bosan dengan kisah misteri, kali ini ada hal yang lebih menarik, sedikit seram namun justru bisa memikat para gadis cantik. Tak percaya? Silahkan simak dengan seksama kisah berikut ini.

Mantra Pelet Paling Ampuh Dari Tanah Melayu

Wawan adalah pemuda lugu dan polos yang baru saja datang dari Pulau Bintan untuk menimba ilmu di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang ada di bilangan Depok. Walau tergolong baru menjejakkan kaki di belantara pinggiran Jakarta, tetapi, ia telah memiliki banyak kenalan, teman bahkan beberapa sahabat yang selalu saja mengerumuninya. 

Betapa tidak, sebab Wawan merupakan sosok yang sangat humoris, pandai bergaul dan menempatkan diri, ringan tangan serta tergolong pandai pula. Itulah sebabnya, kenapa dalam waktu dekat, semua mahasiswa yang belajar di fakultas itu sangat mengenalnya dengan baik.

Bobby, salah seorang seniornya yang pecinta alam itu, terkadang meminta Wawan untuk membantunya dalam beberapa kegiatan. Akibatnya, keduanya semakin dekat. Boleh di kata, di mana ada Bobby, pasti di situ ada Wawan,  begitu juga sebaliknya — kebetulan lagi, Laila, adik sepupu Bobby juga satu angkatan dengannya.

Kemudian seiring dengan kedekatan keduanya, diam-diam, ternyata Wawan menaruh hati pada Laila. Gadis cantik berkerudung yang murah senyum serta memiliki cita-cita yang demikian luhur, ingin menjadi sarjana kesehatan masyarakat dan kelak bisa mengabdikan dirinya di daerah pedesaan.

Tak disangka ternyata cita-cita Laila itulah yang membuat Wawan jatuh hati. Maklum, ia juga bercita-cita ingin mengabdikan diri di kampung halamannya yang jauh dari keingaran. Kesamaan itu pulalah yang membuat Wawan dan Laila (tanpa Bobby tentunya) juga sering terlihat jalan atau berbincang bersama tentang berbagai hal, mulai dari mata kuliah, kehidupan sampai dengan harapan yang diinginkan oleh masing-masing.

Sehingga pada suatu hari, usai menjadi di tengah-tengah hamparan sawah yang menghijau dan semilir angin, mendadak Wawan menghentikan langkahnya. Laila yang berjalan di depannya langsung menoleh dengan pandangan penuh tanya. Wawan yang melihat Laila seperti itu hanya tersenyum dan langsung berkata dengan halus; 
“Lail, sebenarnya, selama ini aku menyimpan perasaan sayang kepadamu.” 
Saat itu Laila tampak terlihat kaget dan terdiam sesaat. Namun tak lama kemudian, terdengar suaranya dengan terbata-bata; 
“Bang Ir, selama ini Lail menganggap abang sebagai kakak kandung sendiri. Maafkan Lail Bang…”“Ufh …” hanya itu yang keluar dari mulut Wawan yang seolah hendak melepaskan segala beban yang tiba-tiba serasa menghimpit dadanya.

Seolah tak ada kejadian yang berarti, keduanya pun kembali meneruskan perjalanannya dalam diam. Sekali ini tak ada lagi dendang atau gurauan yang terlontar dari mulut keduanya, mereka jadi terkesan kaku. Wawan dan Laila hanya berjalan menuruti kaki yang melangkah menuju ke tempat truck dan teman-teman lainnya yang memang sudah menunggu. Disepanjang perjalanan bahkan sampai di kampus, tidak ada kejadian yang berarti.

Kemudian menginjak hari ketiga, Bobby tiba-tiba datang dan bertanya; 
“Ir … kenapa tiga hari ini kau gak pernah main ke rumah lagi?”
“Maaf … Bang, aku gak enak badan,” jawab Wawan dengan gagap.
“Oh … aku kira ada masalah apa…”sahut Bobby cepat.

Wawan menggeleng sambil mohon diri untuk segera masuk ke kelas karena dosen telah datang. Sepanjang hari itu hati dan pikiran Wawan benar-benar sangat galau. Bahkan, tak ada satu mata kuliah pun yang bisa atau berhasil dicernanya dengan baik.

Ternyata yang ada dalam benaknya hanyalah wajah ayu Laila, gadis yang acap mengenakan kerudung merah jambu dengan senyumnya yang demikian menawan itu ….
“Ah … bisa-bisa aku mati dalam kubangan cinta yang tak bertepi…” bisik
hatinya mencoba untuk melawan.
Namun tak lama kemudian, hatinya kembali berbisik; 
“Tetapi, bagaimana bila aku bisa mendapatkan ilmu sekaligus cinta …!”
“Ah … yang terakhir harus benar-benar ku perjuangkan. Ilmu sekaligus cinta …”
bisik hatinya dengan mantap. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, hatinya pun kian bertambah mantap. Perlahan, tapi penuh kepastian, wajah Wawan pun kembali sumringah seperti sedia kala.

Jadi singkat cerita, usai Ujian Akhir Semester, sementara menunggu hasil ujian dan pengisian Kartu Rencana Studi, kebanyakan, para mahasiswa yang berasal dari daerah kembali ke kampung halamannya masing-masing
— begitu juga dengan Wawan.

Di kampung halamannya, seperti biasa, Wawan pun yang pulang kampung segera menyambangi semua keluarga dan sahabatnya. Dan ketika berjumpa dengan pamannya, Irwan pun langsung memeluk dengan penuh sukacita.

Semua hanya tersenyum dan maklum, Wawan memang paling di sayang oleh paman Herman. Dan setelah keduanya sejenak melepaskan kerinduan dengan saling bertukar kabar, dengan penuh selidik, paman Herman pun bertanya; “Nampaknya ada sesuatu yang khusus yang akan engkau
bicarakan pada paman?”
Wawan tergagap. Ia tak menyangka bakal mendapatkan pertanyaan yang seperti itu. Dengan gagap, ia pun menjawab; “Be .. be …
benar paman.”
“Masalah cinta?” Desak sang paman.
“inilah yang kusuka dari paman…” sahut Wawan yang sudah bisa menguasai diri, “tanpa perlu kita bercerita panjang lebar,
jawaban pasti akan langsung diberikan,” imbuhnya.
“Sekali ini tidak. Engkau harus menceritakan dengan jujur dan apa tujuanmu,” jawab sang paman dengan hatihati.
“Ah …” sahut Wawan sambil menepuk dahinya, “baru kali ini aku melihat paman demikian serius.”
“Engkau sudah dewasa, dan rasanya, enggan paman membantumu jika hanya
untuk mempermainkan atau mengajuk hati perempuan,” sahut sang paman tegas. 

Kemudian dengan singkat dan hati-hati, Wawan pun menceritakan apa yang dialaminya. Sang paman hanya diam dan sesekali menghembuskan asap rokok yang dihisapnya ke udara. Keheningan langsung menyungkupi ruang tamu rumah sang paman … dan tak lama kemudian, terdengar suara sang paman; “Apakah engkau masih mendirikan shalat dengan tertib?”
“Insya Allah masih paman,” jawab Wawan.
“Baik … jangan sekali-kali engkau meninggalkan shalat,” lanjut sang paman.
Wawan hanya mengangguk. Dan kembali sang paman bertanya; “Apakah engkau benar-benar akan menjadikan Laila sebagai istrimu?”
“Benar paman,” jawab Wawan dengan mantap.
“Berjanjilah kepada Allah, jangan kepadaku. Semoga Allah berkenan
mempersatukan cinta kalian,” imbuh sang paman.
“Dimulai hari Senin, usai mendirikan shalat hajat dua rakaat, bacalah mantra
ini sebanyak 303 kali dan lakukan selama tujuh malam berturut-turut. Selanjutnya, tiap usai mendirikan shalat fardhu, bacalah mantranya sebanyak tujuh belas kali sambil tahan napas dan membayangkan wajahnya. Lakukan semuanya dengan penuh kesungguhan,” papar sang paman panjang lebar.

Saat itu Wawan hanya diam dan mencatat apa-apa yang diucapkan oleh pamannya. Sementara, mantra yang harus dibaca adalah sebagai berikut;
selusuh selasih, tebu salak tumbuh di luwah bersalah engkau kasih,
berdosa aku engkau sembah, berkat aku memakai;
pengasih Allah, pengasih Muhammad, pengasih Bagindo Rasulullah, berkat lailla hailallah 

Oleh karena liburan yang cukup panjang, maka, malam itu, kebetulan malam Senin, Wawan pun langsung menjalankan apa yang diajarkan oleh paman Herman. Hari terus berganti, pada hari Jumat, minggu berikutnya, pagi-pagi sekali, hp miliknya tiba-tiba berdering. Wawan sedikit terkejut, di layar terpampang nama Laila. Laila yang meneleponnya. Dan dengan harap-harap cemas, Wawan segara mengangkat sambil langsung mengucap salam;

“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” terdengar jawaban Laila dari seberang sana,lembut, “Bang, maafkan Lail ya … dan kapan Abang balik ke Jakarta?”
“Mungkin beberapa hari lagi menjelang kuliah Lail,” jawab Wawan dengan hati penuh rasa gembira.
“Oh … salam buat semua keluarga di kampung ya Bang. I miss You,” jawab Laila terdengar dengan nada penuh rasa cinta.
“Insya Allah akan abang sampaikan.
I miss You to,” jawab Wawan juga dengan penuh rasa cinta sambil terus melakukan sujud syukur. Kemudian sekembalinya di Jakarta, boleh di kata, di mana ada Wawan pasti ada Laila. Aneh, keduanya terus saja merajut tali kasih sambil menimba ilmu guna mencapai cita-cita masing-masing.



Pilih Artikel Menarik Lainnya Disini :

 
Copyright © Fakta Unik Seru dan Menarik - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger